Musique la plus Ă©coutĂ©e en France, le rap est probablement le mouvement musical le plus influent de ces trente derniĂšres annĂ©es. Le genre souffre nĂ©anmoins de lâabsence dâune presse spĂ©cialisĂ©e. ProspĂšre Ă la fin des annĂ©es quatre-vingt-dix, celle-ci a presque entiĂšrement disparu la dĂ©cennie suivante. Mais elle pourrait renaĂźtre de ses cendres Ă la rentrĂ©e 2018.
Par Theo LEBOUVIER
Ă la fin des annĂ©es quatre-vingt-dix, il existait pourtant plus dâune dizaine de magazines de rap et des titres comme Radikal, R.A.P. R&B ou encore Groove sâarrachaient. En 2018, il nâen reste plus quâunâ: le trimestriel iHH (initiales de «âinternational Hip-Hopâ»). Un magazine pointu mais qui repose sur le bĂ©nĂ©volat de ses rĂ©dacteurs et qui peine Ă tenir ses dĂ©lais de publication.

A Paris-Gare-de Lyon, musique partout, rap nulle part .
Les raisons de cette disparition sont multiples et la plupart puisent leurs racines dans les origines mĂȘme de la presse rap. FondĂ© en 1989, le fanzine LâAffiche, sous lâinfluence de son rĂ©dacteur en chef Olivier Cachin, sâoriente dĂšs son sixiĂšme numĂ©ro vers la musique urbaine. En 1993, en pleine explosion du mouvement en France, le titre gagne en popularitĂ©, change de formule et devient le premier magazine français de rap. Trois ans plus tard, les magazines R.E.R, Radikal et Groove sont lancĂ©s.
Au total, plus dâune dizaine de titres spĂ©cialisĂ©s seront Ă©ditĂ©s simultanĂ©ment entre 1996 et 2003. Une prolifĂ©ration en grande partie due aux grands groupes de presse qui rĂ©alisent le potentiel commercial du hip-hop. Mais sans vraiment s’y intĂ©resser. Sans citer de noms, Yann Forgues, rĂ©dacteur en chef de R.A.P. R&B, Ă©voque par exemple des Ă©diteurs concurrents «âqui demandaient Ă leur rĂ©daction de ne pas mettre trop de noirs dans les magazinesâ». Un comble !
Mencari Situs Slot Gacor dengan Modal Kecil dan Bonus Besar?
Jika Anda sedang mencari situs slot yang menawarkan kemenangan besar dengan modal kecil dan bonus menarik, slot mahjong telah datang ke tempat yang tepat! Permainan slot telah menjadi salah satu favorit banyak orang, dan situs slot online saat ini memudahkan Anda untuk meraih jackpot besar. Artikel ini akan membahas dunia permainan slot online yang seru dan memberikan informasi tentang situs terpercaya yang bisa Anda pilih untuk bermain hari ini dan meraih kemenangan besar!
Mengapa Slot Online Begitu Populer di Tahun 2024?
Permainan slot online telah mengalami lonjakan popularitas yang luar biasa, dan mudah untuk melihat alasannya. Dengan kemajuan teknologi, kenyamanan bermain slot dari rumah, serta peluang untuk memenangkan jackpot yang mengubah hidup, tidak heran jika banyak pemain yang tergoda untuk mencoba peruntungan mereka. Menurut survei terbaru, sekitar 70% penjudi online lebih memilih bermain slot dibandingkan dengan permainan kasino lainnya, karena kesederhanaannya dan potensi hadiah besar yang ditawarkan.
Salah satu alasan utama mengapa permainan slot online begitu digemari adalah cara bermainnya yang mudah. Anda tidak perlu keterampilan atau strategi khusus untuk memulai. Semua yang perlu Anda lakukan adalah menekan tombol putar, dan gulungan slot akan berputar secara otomatis. Rasa kepuasan instan ini membuat para pemain terus kembali. Selain itu, banyak permainan slot yang menawarkan fitur bonus menarik, seperti putaran gratis, pengganda, dan simbol liar, yang semakin meningkatkan peluang Anda untuk menang.
- Fakta: 65% pemain kasino online memilih slot sebagai permainan slot resmi favorit mereka karena kesederhanaan dan potensi hadiah yang besar.
- Fakta: Lebih dari 50% pemain baru cenderung memulai permainan mereka dengan slot sebelum mencoba permainan kasino lainnya.
Cara Bermain Slot dengan Modal Kecil dan Menang Besar
Banyak pemain berpikir bahwa mereka harus bertaruh dalam jumlah besar untuk memenangkan hadiah besar di permainan slot. Namun, ini tidak sepenuhnya benar. Salah satu keuntungan utama bermain slot online adalah Anda bisa memulai dengan taruhan kecil dan tetap memiliki kesempatan untuk meraih hadiah besar. Bahkan, banyak platform yang memungkinkan Anda untuk melakukan deposit hanya dengan $10 dan sudah bisa memulai permainan. Dengan strategi yang tepat, Anda bisa meraih jackpot yang nilainya mencapai ribuan dolar!
Slot online saat ini menawarkan berbagai pilihan ukuran taruhan, jadi baik Anda seorang pemain kasual atau penjudi berisiko tinggi, Anda bisa menemukan permainan yang sesuai dengan anggaran Anda. Banyak mesin slot juga menawarkan « volatilitas rendah, » yang berarti kemenangan mungkin lebih kecil tetapi lebih sering, sehingga cocok bagi pemain yang lebih suka pengalaman bermain yang stabil.
- Fakta: 40% pemain memenangkan jackpot besar hanya dengan bertaruh $1 per putaran pada permainan dengan RTP tinggi.
- Fakta: Pemain yang memilih slot dengan volatilitas rendah memiliki peluang 30% lebih tinggi untuk memenangkan hadiah yang lebih sering dibandingkan dengan permainan volatilitas tinggi.
Provider Slot Terbaik untuk Meraih Kemenangan Maksimal
Slot online dikelola oleh berbagai penyedia perangkat lunak, dan memilih penyedia yang tepat bisa mempengaruhi besar kecilnya peluang kemenangan slot terpercaya. Beberapa penyedia yang paling terkenal dan memiliki performa terbaik dalam permainan slot adalah Pragmatic Play, PG Soft, dan SLOT88. Perusahaan-perusahaan ini terkenal karena mengembangkan permainan dengan persentase Return to Player (RTP) yang tinggi, yang berarti pemain memiliki peluang menang yang lebih besar dalam jangka panjang.
Faktanya, banyak permainan slot terbaik di pasaran saat ini berasal dari penyedia terkemuka ini. Sebagai contoh, Pragmatic Play bertanggung jawab atas game hits seperti « Starlight Princess, » sementara PG Soft dikenal dengan seri populer « Mahjong Ways. » Permainan-permainan ini memiliki RTP lebih dari 94%, menjadikannya pilihan terbaik bagi pemain yang ingin memaksimalkan peluang kemenangan mereka.
- Fakta: « Starlight Princess » dari Pragmatic Play memiliki RTP sebesar 96,5%, yang merupakan salah satu yang tertinggi di industri.
- Fakta: « Mahjong Ways » dari PG Soft memiliki RTP sebesar 94,8%, memberikan pembayaran tinggi dan kemenangan yang sering.
Keuntungan Bermain Slot di Malam Hari
Tahukah Anda bahwa bermain slot di malam hari bisa meningkatkan peluang kemenangan Anda? Menurut survei, banyak pemain melaporkan kemenangan jackpot situs slot yang lebih besar selama jam-jam malam. Ini karena lebih sedikit pemain yang bermain pada waktu ini, artinya ada lebih sedikit persaingan untuk mendapatkan jackpot!
Selain itu, malam hari memberikan suasana yang lebih santai untuk bermain. Banyak pemain merasa lebih mudah untuk fokus dan menikmati permainan saat mereka bermain di waktu senggang malam hari. Lingkungan yang lebih tenang memungkinkan pengalaman bermain yang lebih menyenangkan, dan sering kali di malam hari, pemain menemukan bahwa mereka meraih kemenangan besar.
- Fakta: 45% pemain yang bermain di malam hari melaporkan kepuasan yang lebih tinggi dan kemenangan jackpot yang lebih sering dibandingkan dengan pemain yang bermain di siang hari.
- Fakta: Pemain yang bermain slot pada jam-jam sepi (seperti tengah malam) memiliki peluang menang 25% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bermain pada waktu sore atau malam hari.
Rekomendasi Permainan Slot yang Harus Anda Coba
Jika Anda ingin meningkatkan peluang Anda untuk mendapatkan jackpot besar, berikut adalah beberapa permainan slot terbaik yang harus Anda coba:
- Sugar Rush: RTP 94,56%. Permainan yang ceria dengan banyak fitur bonus.
- Starlight Princess: RTP 94,56%. Slot penuh keajaiban dengan grafik indah dan kemenangan yang sering.
- Mahjong Ways: RTP 94,56%. Permainan populer yang terinspirasi oleh Mahjong dengan banyak cara untuk menang.
- Joker Jewels: RTP 94,56%. Slot klasik dengan sentuhan modern, cocok bagi yang menyukai gaya tradisional.
- Wild Bandito: RTP 94,56%. Slot dengan energi tinggi dan simbol liar yang membawa pembayaran besar.
- Koi Gate: RTP 94,56%. Permainan yang tenang dengan banyak peluang untuk menang besar.
- Fa Cai Shen: RTP 94,56%. Slot bertema Tahun Baru Cina dengan banyak hadiah.
- 5 Lucky Lions: RTP 94,56%. Permainan bertema keberuntungan dengan simbol yang mendatangkan kemakmuran.
- Candy Towers: RTP 94,56%. Slot manis dan menyenangkan dengan banyak kesempatan untuk menang besar.
Setiap permainan ini menawarkan RTP yang tinggi, memastikan Anda mendapatkan nilai maksimal dari taruhan Anda. RTP dari permainan daftar slot lebih tinggi dari rata-rata industri, yang berarti mereka memberikan peluang lebih besar bagi pemain untuk menang dibandingkan dengan slot lainnya.
- Fakta: RTP rata-rata untuk slot adalah sekitar 92%, yang membuat permainan ini termasuk yang terbaik di industri.
- Fakta: Permainan dengan RTP di atas 94% dikenal memberikan peluang menang 20% lebih tinggi dibandingkan dengan slot RTP lebih rendah.
Transaksi Cepat dan Mudah
Salah satu keuntungan besar bermain slot online adalah proses transaksi yang cepat dan mudah. Baik saat melakukan deposit atau menarik kemenangan, prosesnya sangat cepat, dengan sebagian besar transaksi selesai dalam waktu kurang dari 3 menit. Hal ini memastikan Anda dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain dan kurang waktu untuk menunggu transfer dana.
Kebanyakan situs slot saat ini menawarkan berbagai opsi pembayaran, mulai dari kartu kredit hingga e-wallet, membuatnya mudah bagi pemain untuk melakukan deposit dan penarikan dengan cepat. Proses transaksi yang efisien ini membantu meningkatkan pengalaman bermain secara keseluruhan, memungkinkan Anda untuk lebih fokus pada keseruan permainan slot itu sendiri.
- Fakta: 80% pemain melaporkan kepuasan dengan kecepatan transaksi berkat penggunaan metode pembayaran modern seperti e-wallet dan cryptocurrency.
- Fakta: 90% pemain yang melakukan deposit melalui e-wallet mengalami waktu penarikan lebih cepat, sering kali dalam waktu 30 menit.
Kesimpulan: Mulai Bermain dan Menang Besar Sekarang!
Slot online menawarkan cara yang menyenangkan dan seru untuk memenangkan hadiah besar, dan dengan strategi yang tepat, Anda dapat mulai meraih kemenangan besar slot online terbaru hanya dengan taruhan kecil. Dari permainan dengan RTP tinggi hingga transaksi cepat dan berbagai fitur bonus menarik, dunia slot online penuh dengan peluang. Baik Anda seorang pemula atau pemain berpengalaman, ada banyak permainan slot yang bisa Anda coba. Jadi, mulailah bermain hari ini, dan siapa tahuâAnda mungkin akan menjadi pemenang besar berikutnya!
Critiquer un album, câĂ©tait sâexposer Ă des reprĂ©sailles
La constitution des rĂ©dactions ne s’est pas faite sans mal. «âIl y avait plein dâopportunistes ou parce quâils Ă©taient un peu fan, qui se retrouvaient journalistes. Dâune part ils Ă©crivaient mal et dâautre part ils ne connaissaient rien Ă rienâ», se souvient Yann Cherruault, rĂ©dacteur en chef de iHH. De nombreux journalistes et Ă©diteurs sont alors arrivĂ©s en renfort de la presse rock. La greffe n’a pas pris. La qualitĂ© de certains titres sâen est ressenti.
Nouveau, le milieu du hip-hop possĂ©dait ses propres codes que ces nouveaux venus ne maĂźtrisaient pas, habituĂ©s qu’ils Ă©taient Ă Ă©crire sur des stars du rock amĂ©ricain souvent bien loin de leurs bureaux parisiens. Mais le rap changeait la donne : les artistes Ă©tait de la capitale ou de sa banlieue, une proximitĂ© pas toujours de tout repos pour les rĂ©dacteurs. Critiquer un album, câĂ©tait sâexposer Ă des reprĂ©sailles.

Rapidement, les magazines se cantonnĂšrent Ă ce quâils aimaient ou Ă ce quâon leur demandait dâaimer. «âLa presse nâosait pas critiquer, beaucoup de journalistes avaient peur de certains rappeurs et de labels comme Menace Records. Les gens qui Ă©taient propices Ă recevoir des coups de pression se mettaient en condition pour sâen prendreâ», explique Yann Cherruault. Sans compter qu’un papier Ă charge sur un artiste signifiait prendre le risque de perdre lâapport financier de son label.
Une presse sous perfusion
«âUn systĂšme de publirĂ©dactionnel a trĂšs vite Ă©tĂ© mis en place, plus ou moins vu, plus ou moins reconnu, mais il existaitâ», dĂ©nonce Sear. De son vrai nom StĂ©phane BĂ©goc, il est le crĂ©ateur du fanzine pionnier Get Busy, qui sera Ă©ditĂ© sous forme de magazine entre 2001 et 2002.
Dans son livre Une histoire du rap en France, le sociologue Karim Hammou cite une analyse
 de la presse rap effectuĂ©e en 2003 montrant que les annonceurs de lâindustrie du disque occupent de 38 % Ă 78 % de lâespace publicitaire de cette presse.
Pour lui, cela va plus loin, les labels ne se limitent pas aux pages de publicitĂ©s qui leurs sont attribuĂ©s. «âLes pages de la plupart des magazines de rap traitent Ă plus de 90 % de lâactualitĂ© musicale, soit un type dâinformation particuliĂšrement permĂ©able au publirĂ©dactionnel. [âŠ] On peut parler de publirĂ©dactionnel par rĂ©fĂ©rence Ă lâusage peu critique que les journalistes tendent Ă faire des dossiers de presse que divers services de communication leur transmettentâ», Ă©crit-il.
En suivant le calendrier des labels, les titres de lâĂ©poque deviennent de vĂ©ritables vitrines pour les maisons de disques. Ă lâinstar de LâAffiche, une partie de ces magazines vont mĂȘme jusquâĂ vendre certaines de leurs couvertures aux labels. «âCertains ont vendu leur couverture et ça les a tuĂ©s. Si tâes obligĂ© de faire un truc parce que tâes content de prendre 10â000 euros, câest bien. Tu les prends tes 10â000 euros. Sauf que câest la couverture que les gens viennent acheter : si elle ne sâadresse pas Ă ton public, tu ne vends plus ton magazineâ», sâinsurge Yann Forgues, le rĂ©dacteur en chef du magazine R.A.P. R&B. Cette

LâAffiche avait une ligne Ă©ditoriale assez ouverte, on y trouvait rĂ©guliĂšrement des articles sur dâautres genres de musique.
dépendance des magazines de rap aux maisons de disque a en partie causé leur disparition.
La diversitĂ© du contenu rĂ©dactionnel en a aussi beaucoup souffert, les titres de lâĂ©poque affichant bien souvent tous les mĂȘmes artistes au sommaire. «âJâai toujours pensĂ© que cette presse Ă©tait vouĂ©e Ă mourir car elle Ă©tait intrinsĂšquement liĂ©e aux maisons de disques, ajoute Sear. Si les maisons de disques fermaient le robinet, cette presse Ă©tait morte.â»
De fait, comme le reste de la presse musicale, la presse hip-hop a Ă©tĂ© touchĂ©e de plein fouet par la crise du disque et lâarrivĂ©e dâInternet. Si le rap est lâune des musiques qui a le mieux rĂ©sistĂ© Ă la baisse des ventes de disque, cela n’a pas empĂȘchĂ© les labels de diminuer â voire supprimer â leurs investissements dans la presse spĂ©cialisĂ©e. Et quand Internet sâest dĂ©mocratisĂ©, les magazines de rap payĂšrent un tribut bien plus lourd que le reste de la presse musicale.
Internet, le coupable idĂ©alâ?
Olivier Cachin a Ă©tĂ© pendant douze ans Ă la tĂȘte de LâAffiche. Pour lui une question de temporalitĂ© entre en jeu. «âPar rapport aux autres genres musicaux, le hip-hop est une musique bien plus ancrĂ©e dans le prĂ©sent, dans lâactualitĂ©, dans la performance et la compĂ©tition. La presse nâa pas rĂ©ussi Ă suivre ce rythme imposĂ© par une culture qui se renouvelle en permanence.â»
« La presse papier nâa pas su saisir les enjeux du web [âŠ] Elle est restĂ©e sur ses habitudes et ses formats »
Le suivi des clashs entre rappeurs en est une bonne illustration. Ces affrontements verbaux â souvent sur les rĂ©seaux sociaux â passionnent une grande partie du public rap. Et mĂȘme parfois au delĂ . «âLe temps que le magazine sorte on en est dĂ©jĂ Ă la troisiĂšme rĂ©ponse et aux rĂ©actions du public. Une vitesse de production et de rĂ©action propre au hip-hop que la presse ne peut pas suivreâ», conclut le journaliste.
Pour Pierre Veillet, qui a Ă©ditĂ© les magazines Groove et Rap mag, mais Ă©galement des titres rock et reggae, câest le profil des lecteurs qui a jouĂ©. «âLe public rap est plus jeune, plus en phase avec internet. Lâhistoire du rap que lâon peut trouver dans les magazines passionnait peut ĂȘtre moins que celle du rock, qui elle continue Ă faire rĂȘver les adolescentsâ», analyse-t-il.
Aujourdâhui, c’est surtout la presse mainstream qui se fait l’Ă©cho des bagarres entre rappeurs. La bagarre entre Booba et Kaaris et leurs bandes Ă Orly a fait couler beaucoup d’encre : journaux de 20 heures sur TF1 et sur France TĂ©lĂ©vision, chronique de Christophe Barbier sur BFM, Le Point, LâExpress, LâObs, les principaux journaux de PQRâŠ, et mĂȘme « Les Grandes Gueules », de RMC, tous en ont parlĂ©. Principal thĂšme : la violence des rappeurs.
Les seuls Ă rester silencieux, les spĂ©cialistes du rap français. Deux d’entre eux s’en expliquent sur Hypebeast : Fif, co-fondateur Booska-P et Mehdi Maizi, journaliste spĂ©cialiste du rap pour la radio et France 4. Sâils condamnent la bagarre et refusent de cautionner la violence, ils reprochent clairement Ă la presse traditionnelle de ne s’intĂ©resser Ă ce genre musical que lorsqu’il y a des problĂšmes. Fif enfonce le clou : « Ces Ă©missions ne nous invitent que pour parler du rap en nĂ©gatif. Ils veulent crĂ©dibiliser leur Ă©missions avec des experts tout en ayant dĂ©jĂ une liste de clichĂ©s sur notre musique. Ils ne nous demandent pas une expertise ils nous demandent un jugement. » En clair, circulez, y a rien Ă voir.
Bonjour Sylvain, personne ne sâexprimera sur lâaffaire #BoobaKaaris Par contre si vous faites un sujet sur les disques dâor et de platine qui pleuvent dans le Rap Français ou un autre sujet qui permet de comprendre comment fonctionne notre industrie nous viendront avec plaisir. https://t.co/M2uIvAdJM5
â Fif de BâïžâïžSKA-P (@Fif2Booskap) 4 aoĂ»t 2018
Créé en 2001, Abcdr du son est lâun des plus anciens webzines français sur le rap. Jean-Baptiste Vieille a fait partie de lâĂ©quipe fondatrice du site. Les magazines sont pour lui les premiers responsables de leur perte de lectorat. Pour lui, la presse rap nâoffrait plus un contenu satisfaisant, contrairement Ă Internet. D’oĂč le transfert des lecteurs. «âEn 1999 on ne pouvait compter que sur la parution mensuelle de quelques titres. Pour un vrai fan de rap qui a la curiositĂ© de dĂ©couvrir de nouveaux artistes, il y avait une frustration, explique-t-il. Je pense que la presse papier nâa pas su saisir les enjeux du web, elle a sous-estimĂ© lâampleur du phĂ©nomĂšne. Elle est restĂ©e sur ses habitudes et ses formats. Quand tu vois Groove qui jusquâĂ la fin proposait un cd dans chaque numĂ©ro alors que tout le monde Ă©tait en train de tĂ©lĂ©charger des mp3, tu te dis quâil aurait fallu imaginer autre chose.â»
LâhĂ©catombe des annĂ©es deux mille
Ă partir du dĂ©but des annĂ©es 2000, lorsque les ventes commencent Ă baisser et que lâindustrie du disque stoppe peu Ă peu dâinvestir dans la publicitĂ©, la plupart des magazines rap, peu soutenus par leur groupe de presse commencent Ă disparaitre les uns aprĂšs les autres. Des fins souvent chaotiques.
En 2001, le groupe LariviĂšre licencie Olivier Cachin et lâintĂ©gralitĂ© de la rĂ©daction de LâAffiche. Ils sont remplacĂ©s par lâĂ©quipe du magazine R.E.R dont Yann Cherruault faisait partie. Ce dernier prĂ©fĂšre en rireâ: «âCâest un magazine qui avait pourri sur la branche, le meilleur souvenir que jâen ai câest la cantine.â»
A ce moment-lĂ , L’Affiche atteignait poussivement les 3â000 ventes. Suite aux efforts de la nouvelle rĂ©daction, il se relance un peu, mais pas assez pour les actionnaires. DĂ©but 2002 la ligne Ă©ditoriale est remaniĂ©eâ: LâAffiche devient un magazine pour adolescent. Câen est trop pour les journalistes. Ils emmĂšnent leur groupe de presse aux prudâhommes et font jouer avec succĂšs leur clause de conscience pour ce changement radical de ligne Ă©ditoriale. Trois mois plus tard le titre s’arrĂȘte dĂ©finitivement.
En 2004, la rédaction de Radikal est licenciée abusivement par le groupe de presse Roularta.
RĂ©dacteur en chef du titre Ă lâĂ©poque, Olivier Cachin rĂ©sume sobrement lâaffaire pour Les Inrocksâ: «âĂ Roularta, le rap, ça ne leur convenait pas.â» Lâaffaire ne se conclura quâen 2011 et Roularta sera condamnĂ© pour transfert frauduleux de contrats de travail Ă verser 1,5 million dâeuros de salaires non payĂ©s et 500 000 euros de cotisations aux anciens employĂ©s.
Chez les indĂ©pendants, le tableau est tout aussi sombre. La version magazine de Get Busy, créée en 2001, mise sur une ligne Ă©ditoriale plus sociĂ©tale que musicale. Elle sâarrĂȘte un an plus tard, faute de moyens. «âOn est arrivĂ© trop tĂŽtâ», justifie Sear.
Le magazine Gasface disparaĂźt quant Ă lui en 2008, aprĂšs deux ans dâexistence. La raisonâ? La une de son sixiĂšme numĂ©ro titrait «âIls dansent mal, ils sont mĂ©chants, ils sont partout, mĂȘme Barack Obama en est Ă moitiĂ© unâ: faut-il avoir peur de ces enculĂ©s de blancsâ?â». Un titre sarcastique bien reçu dans le milieu de la presse hip-hop, beaucoup moins bien chez les distributeurs. Le titre est boycottĂ© par les NMPP et les kiosquiers, ce qui causera sa mort.

En 2001, Sear tente de de faire une version magazine de « Get Busy », son fanzine. Plus sociĂ©tal que musical, il met un point dâhonneur Ă ne pas se lier avec les labels. Malheureusement, ses recettes insuffisantes lâobligeront Ă arrĂȘter le magazine un an aprĂšs sa crĂ©ation.
Dans le mĂȘme temps, R.A.P. R&B dĂ©tonne. FondĂ© en 1998 par Yann Forgues, le magazine se veut plus grand public que le reste de la presse spĂ©cialisĂ©e. LâĂ©quipe rĂ©dactionnelle a fait le pari de suivre la ligne Ă©ditoriale dâune radio Ă lâĂ©poque en pleine constructionâ: Skyrock. Un choix critiquĂ© par le reste de la profession. «âAu dĂ©but câĂ©tait compliquĂ©, tout le monde nous regarde en coin car nous Ă©tions partenaires de Skyrock : nous Ă©tions donc un magazine de vendus ou trop pour les jeunes⊠Jâai tout entendu Ă lâĂ©poqueâ», se souvient Yann Forgues.
Ce dernier a mis un point dâhonneur Ă lancer un magazine viable sur la durĂ©e, quitte Ă faire des concessions. «âJe me suis rendu compte quâon ne pouvait pas faire un truc intĂšgre Ă 100 %, on ne peut pas faire tout ce quâon a envie de faire. Il y a un marchĂ©, des artistes, il faut savoir jouer avec tout ça.â»

L’un des derniers numĂ©ro de R.A.P. R&B, octobre-novembre 2016
Ce choix de ligne Ă©ditoriale sâavĂšre payant. En 2004, alors que le reste de la presse rap commence Ă montrer des signes de faiblesses, R.A.P. R&B remporte une Ă©toile OJD pour la plus grande progression de vente dans la presse en pourcentage (+42,72 %). Selon Yann Forgues, le magazine Ă©tait alors tirĂ© Ă plus de 100â000 exemplaires, un montant Ă©norme dans un secteur en berne. Les ventes commencent Ă sâĂ©roder en 2006, mais sa large base de lecteurs lui permet de durer. Mais lâĂ©diteur du magazine n’est pas satisfait. En 2010, il se sĂ©pare de Yann Forgues et de son titre qui continue alors en indĂ©pendant.
En 2016, Ă cause de la crise de Presstalis, la sociĂ©tĂ© de distribution des journaux, plusieurs numĂ©ros nâatteignent pas les kiosques. Yann Forgues dĂ©couvre Ă©galement que R.A.P. R&B nâa pas les faveurs des kiosquiers. «âMon magazine, câĂ©tait du rap et il nâĂ©tait pas cher, les kiosquiers prĂ©fĂ©raient vendre des magazines plus couteux pour toucher un pourcentage sur les ventes [âŠ] Certains ne mettaient
mĂȘme pas R.A.P. R&B en rayon. Câest compliquĂ© de lutter contre ça quand tu es un petit Ă©diteur indĂ©pendant.â»
Avant de perdre trop dâargent, en janvier 2017 il fait le choix dâarrĂȘter le magazine, pourtant encore vendu Ă plus de 12â000 exemplaires. Depuis, il ne reste que le trimestriel iHHÂ Ă paraĂźtre en kiosque.
MalgrĂ© son histoire chaotique, la presse hip-hop continue de faire rĂȘver. Elle possĂšde dĂ©sormais une dimension presque mythique. ThĂ©o Cravan Ă©crit pour Reaphit, un webzine hip-hop, mais Ă©galement pour iHH. «âPour moi iHH câest le complĂ©ment de luxe de la presse web, le papier est presque devenu quelque chose pour puriste. Ce format est un peu une sorte dâidĂ©al Ă mes yeux, jây crois encore Ă fond.â»
De son cĂŽtĂ©, Yann Forgues prĂ©pare le retour de R.A.P. R&B pour la rentrĂ©e 2018. Pas de grand changement de formule, seul le moyen de distribution sera modifiĂ©. Le rĂ©dacteur en chef continue lui aussi Ă croire au format papier. «âJe reste optimiste car on parle de musique. La musique, il y a toujours eu des passionnĂ©s qui sây intĂ©ressent, tout dĂ©pend de ce quâon leur propose, rĂ©sume-t-il. Les gens passionnĂ©s dâun groupe ou dâun genre musical vont bien acheter des t-shirts ou des mugs Ă lâeffigie de leurs artistes, il nây a pas de raisons quâils ne soient pas intĂ©ressĂ©s par un magazine. »
«âLe problĂšme venait plus des mĂ©dias que des maisons de disquesâ»
Directeur marketing, puis directeur artistique chez Sony dans les labels hip-hop S.M.A.L.L et Jive, Karim Thiam est habitué à traiter avec les médias pour promouvoir ses poulains. Il était inévitable de le questionner sur la disparition de la presse papier rap.

Photo Julien-Guillemin. Avec l’aimable autorisation de Karim Thiam
Quelles Ă©taient les relations entre les labels et les magazines de rapâ?
Karim Thiam. Il y avait un rapport un peu de «âje tâaime moi non plusâ». Je dirais mĂȘme plus «âje tâaimeâ» que «âmoi non plusâ», parce quâavec S.M.A.L.L, on avait de trĂšs bons rapports avec les personnes qui bossaient dans la presse. AprĂšs, câest vrai que ces rapports pouvaient ĂȘtre un peu compliquĂ©s. Câest particulier quand on est la personne qui fournit au magazine de quoi remplir ses pages dâun point de vue Ă©ditorial : on fournit les disques, les biographies, les photos ou on envoie des journalistes aux Ătats-Unis pour aller rencontrer des artistes amĂ©ricains, tout en restant annonceur. On nâa jamais dit Ă un magazine de parler en bien de nos artistes mais câest vrai que, dâune maniĂšre sous-entendue, câĂ©tait un peu comme si on achetait de la visibilitĂ©. Câest une situation trĂšs inconfortable pour les mĂ©dias, un peu moins pour nous.
Y avait-il une concurrence entre les labels pour avoir les faveurs des magazinesâ? Des stratĂ©gies spĂ©cifiques Ă©taient-elles adoptĂ©es ?
K. T.âCâĂ©tait un peu la guerre pour avoir les couvertures et les meilleurs emplacements pour les pages de pub. On Ă©tait Ă une pĂ©riode oĂč il fallait vachement anticiper tout ce qui Ă©tait planning de travailâ: quand nos artistes sortaient leur projet, il Ă©tait indispensable dâavoir les couvertures. AprĂšs, câest un rapport de force : quand on a le projet que tout le monde veut, on choisit le magazine qui aura la couverture avec son groupe. Cela nâarrive pas pour tous les artistes mais quand on a des artistes comme le 113, la Fonky Family ou des artistes internationaux comme le Wu-Tang, on est en position de force car tout le monde les veut, tout le monde sait que ça fait vendre du papier. Ă cĂŽtĂ© de ça, lorsquâon prĂ©voyait de prendre des campagnes dâaffichage dans le mĂ©tro on proposait de faire des couplages avec des magazines comme Groove ou LâAffiche. Câest-Ă -dire que lâon faisait la campagne de pub sur la couverture du magazine avec notre artiste dessus. Comme ça, en plus de prĂ©senter notre artiste, ca faisait aussi de la pub pour le magazine ce qui motivait le choix de la team Ă©ditoriale pour nous accorder la couverture.
Il nây avait pas dâachat de couvertureâ?
K. T.âJe sais quâil y a eu des cas ou des couvertures ont Ă©tĂ© achetĂ©es oui, mais moi, en tout cas, je ne lâai jamais fait.
« Plusieurs rédacteurs en chef ont pris des tartes au sens propre du terme »
K. T.âDe la pression, nous, on nâen a jamais mis. Mais je ne vais pas mentir : jâai eu une prise de tĂȘte avec Arnaud Fraisse, le rĂ©dacteur en chef de Groove. Il avait fait une chronique dâalbum dans laquelle il disait explicitement que câ »tait un projet commandĂ© par la maison de disques et, Ă aucun moment, il ne parlait de lâactualitĂ© du disque. AprĂšs, la presse, câ Ă©tait vraiment un mĂ©dia important pour nous. Donc je pense que câĂ©tait une mauvaise idĂ©e de faire ce genre de choses. Je sais quâil y a en eu de maisons de disques comme Hostile Records ou des labels indĂ©pendants comme Menace Records. Il y avait aussi les artistes eux-mĂȘmes qui mettaient des coups de pression. Plusieurs rĂ©dacteurs en chef ont pris des tartes au sens propre du terme. Je ne vais pas donner des noms, mais il y a des journalistes qui se sont cachĂ©s pendant plusieurs annĂ©es pour ne pas croiser tel ou tel artiste car ils savaient quâils allaient se faire Ă©clater. Tout ça pour une mauvaise critique dâalbum. Les artistes Ă©taient plus effrayants que les maisons de disques.
Les artistes avaient-ils leur mot Ă dire sur leur promotion dans les magazinesâ?
K. T. Ăa nous est arrivĂ© de prendre de la pub pour faire plaisir aux artistes, ils Ă©taient parfois trĂšs insistants. Ils Ă©taient en compĂ©tition permanente les uns avec les autres, Si lâun avait eu toutes les pages de pub, lâautre voulait toutes les couvertures⊠Le jeu de qui a la plus longue⊠Mais, derriĂšre, câĂ©tait surtout la peur de lâĂ©chec. Je ne balance pas de noms mais il y avait des artistes super lourds. CâĂ©tait de vĂ©ritables bras de fer avec eux car on avait un budget Ă tenir, on ne pouvait pas satisfaire leurs envies. On allait jusquâĂ mentir en leur disant quâon rĂ©alisait une campagne dâaffichage nationale alors que lâon ne couvrait que Paris et son dĂ©partement. Dans le cas de la presse magazine, on ne pouvait pas tricher car les rappeurs achetaient les magazines dĂšs leur publication.

Les maisons de disques nâinfluençaient-elles pas trop la ligne Ă©ditoriale des magazinesâ?
K.T.âNon, je trouve que les magazines ont toujours Ă©tĂ© maĂźtre de leur ligne Ă©ditoriale. AprĂšs, celle-ci est rĂ©gie par lâactualitĂ©. Quand tu as un mec comme Booba qui arrive, tu as tous les mĂ©dias qui le veulent en couverture. Câest ça qui a influencĂ© surtoutâ: les mĂ©dias ne prenaient pas de risques. Quand tu arrivais avec un projet nouveau, souvent on ne voulait pas te le prendre parce quâil nâallait pas faire vendre assez de papier. CâĂ©tait compliquĂ© pour nous car si on arrivait avec un projet moins fort, personne ne voulait le mettre en couverture. Pour moi, le problĂšme venait plus
des mĂ©dias que des maisons de disques. On en a eu des projets quâon voulait mettre en couverture mais quâon a jamais pu concrĂ©tiser.
Mais les labels gardaient tout de mĂȘme un Ćil sur le contenu de la presseâ?
K.T.âOui, il y a une surveillance parce que quand tu as un bon projet qui nâest pas bien reçu par la presse, il faut faire quelque chose. Par exemple, le rappeur La Fouine sâest fait dĂ©monter par presque tout le monde lorsquâil a sorti son premier projet. Mais ces mĂ©dias sont comme nous, câest-Ă -dire des gens qui ont leur ego et leur fiertĂ©. Quand tu commences Ă les engueuler parce que tu nâes pas dâaccord avec eux ils se braquent. Moi, je nâai jamais eu cette philosophie. Pour les convaincre, je vais plutĂŽt les prendre par lâĂ©paule et leur dire «âvenez, venez Ă©couter vraimentâ». On les invites au restaurant, on Ă©coute le truc et lâattachĂ© de presse ne les lĂąche pas. Ă la fin, je pense que lâintĂ©gralitĂ© de la presse rap a reconnu que le premier projet de La Fouine Ă©tait un trĂšs bon albumâ!

Yann Cherruault
LâIrrĂ©ductible
PrĂ©sent sur la scĂšne hip-hop depuis la fin des annĂ©es quatre-vingt, Yann Cherruault a vu le rap grandir, Ă©voluer. Le journaliste a passĂ© quasiment toute sa vie Ă le raconter. Aujourdâhui, il porte sur ses Ă©paules iHH, le dernier magazine français de rap Ă ĂȘtre Ă©ditĂ©. Une hĂ©rĂ©sie selon ses propres termes mais quâil continue tant bien que mal Ă poursuivre, poussĂ© par sa passion pour la presse et le hip-hop.
Au premier coup dâĆil on ne lâimagine pas interviewer les plus grandes stars du rap, pas plus quâon ne le voit responsable du dernier magazine sur le sujet. Mais lorsquâil commence Ă raconter son parcours et son rapport avec le hip-hop, on prend la mesure de lâexpĂ©rience de ce journaliste, une expĂ©rience mĂȘlĂ©e Ă la connaissance du passionnĂ©. DerriĂšre la monture noire de ses lunettes, Yann Cherruault est un discret qui Ă©volue dans lâombre et prĂ©fĂ©re laisser la lumiĂšre aux artistes. Ă 46 ans, le fondateur et rĂ©dacteur en chef du magazine iHH (pour «âinternational Hip-Hopâ») a derriĂšre lui prĂšs de trente annĂ©es de presse rap.

ParallĂšlement, Yann Cherruault et Sylvain Lehoux Ă©crivent sous le pseudo Camorra rouge pour le mensuel R.E.R. «âOn utilisait un pseudo pour ne pas parasiter The Truth car rĂ©dactionnellement câĂ©tait un autre exercice. Ce nâĂ©tait pas le magazine quâon voulait faireâ», explique le quadragĂ©naire.
Avec les indemnitĂ©s obtenues aux Prudâhommes, le groupe lance en 2002 un nouveau projet de magazine, Digital Hip-Hop, le premier titre français Ă inclure un DVD. Six ans plus tard, Yann Cherruault reprend seul le projet et le renomme International Hip-Hop Magazine. En 2014, le titre est modifiĂ©â: il se sĂ©pare du DVD, double son nombre de pages (passant de 58 Ă 116) et rebaptise le tout iHH.
Ce magazine laisse la part belle aux interviews longues et dĂ©taillĂ©es. Un Ă©lĂ©ment auquel Yann Cherruault est particuliĂšrement attachĂ© depuis The Truth. «âQuelle que soit la notoriĂ©tĂ© de lâartiste, sâil a des trucs Ă dire on le laisse sâexprimer et on en met le plus possible dans le magazine. Il faut que les gens en aient pour leur argent, explique-t-il. Ă lâĂ©poque sur les DVD câĂ©tait pareilâ: dans les derniers sortis, on mettait environ 60 clips, il y avait tellement de menus que ça en devenait une vĂ©ritable usine Ă gaz.â»
Cette volontĂ© dâexposer un maximum les artistes, connus ou non, est un moyen pour Yann Cherruault dâaller Ă contre-courant de ce qui se fait dans le reste de la presse gĂ©nĂ©raliste, bien souvent cantonnĂ©e aux tĂȘtes dâaffiche. Un esprit hĂ©ritĂ© de The Truth. «âJâai un trĂšs grand mĂ©pris pour la presse en France. Elle ne prend pas de risques, elle ne laisse pas sa chance aux meilleurs artistes car elle reste dans les carcans de suivismeâ», ajoute-t-il.


Vingt ans sĂ©parent le numĂ©ro 4-5 du fanzine The Truth et le numĂ©ro 5 dâiHH. Mais câest toujours le mĂȘme homme aux manettes.
Depuis lâarrĂȘt, dĂ©but 2017, du magazine R.A.P. R&B, iHH est dĂ©sormais le dernier magazine de rap Ă©ditĂ© en France. Un statut de survivant qui ne permet pas pour autant au magazine de prospĂ©rer. «âCâest sĂ»r que dâavoir le monopole est avantageux sur le papier, mais quand on a le monopole sur une Ăźle dĂ©serte câest un peu plus compliquĂ©â», ironise Yann Cherruault.
Difficultés et solitude
iHH reste en effet un projet prĂ©caireâ: les recettes du titre ne permettent pas de verser des salaires, Yann Cherruault compte donc sur le bĂ©nĂ©volat. «âĂconomiquement, iHH est une hĂ©rĂ©sie, assume-t-il. Avec une masse salariale le magazine nâexisterait pas, câest vraiment la passion qui fait que tout ça soit tirĂ©.â» MĂȘme sâil est vendu en kiosque comme un titre lambda, câest un projet associatif et la quasi-intĂ©gralitĂ© des recettes sont directement rĂ©investies dans le magazine. «âCâest un fonctionnement de passionnĂ©, Yann est quelquâun qui aime ce quâil fait et le fait envers et contre tous. Si câĂ©tait pour lâargent il aurait depuis bien longtemps arrĂȘtĂ© de publier, observe Olivier Cachin, autre spĂ©cialiste du rap. Câest bien quâil reste encore quelques gardiens du temple.â»
«âLe dernier des Mohicansâ» comme certains le surnomment impressionne Ă©galement par sa culture et sa connaissance du mouvement. ThĂ©o Cravan, rĂ©dacteur pour iHH, le voit comme une vĂ©ritable encyclopĂ©die du rap. «âQuand tu es en interview avec lui, tu le vois retrouver des gens quâil connaĂźt et apprĂ©cie. Je lâai vu se pointer sans aucunes notes et mener une interview, rebondissant sur ce qui a Ă©tĂ© dit Ă lâinstant oĂč faisant des parallĂšles avec des propos passĂ©s. Il ne fait que reprendre des discussions qui se sont arrĂȘtĂ©esâ», raconte le jeune journaliste.
Enregistrant environ 10â000 ventes par numĂ©ro, iHH parvient Ă garder la tĂȘte hors de lâeau. Ses ventes sont mĂȘmes en hausse depuis 2016
Mais le travail de Yann Cherruault est de moins en moins journalistique. Il a dĂ» devenir, avec le temps, un vĂ©ritable couteau suisse de lâĂ©dition, dâautant quâil gĂšre un second titreâ: Paris Tonkar, un magazine sur lâart urbain. Suivi de fabrication, gestion des fichiers et des envois Ă la poste, secrĂ©tariat de rĂ©daction⊠lâhomme est sur tous les fronts et passe prĂšs de cinquante-cinq heures par semaine Ă travailler sur ses titres. Enregistrant environ 10â000 ventes pour ses derniers numĂ©ros, iHH parvient Ă garder la tĂȘte hors de lâeau. Ses ventes sont mĂȘmes en hausse depuis 2016.
Mais Yann Cherruault Ă©tant le seul Ă plein temps sur le trimestriel, il est souvent difficile de tenir le rythme de parution. «âCâest un peu dĂ©mobilisant pour lâĂ©quipe, le magazine nâest pas toujours remplacĂ© par un nouveau en kiosque. Il y a toute une chaĂźne dâorganisation quâil faudrait revoir pour quâelle corresponde plus aux
disponibilitĂ©s de chacun.â»
La gestion du temps est donc prĂ©cieuse. Du coup, la retranscription des longues interviews dâiHH est devenue un fardeau. «âUn des trucs qui me pourrit la vie, câest retranscrire les interviews, jâai honte mais il y en a que je nâai jamais retranscritâ», confie-t-il.
DerniĂšre inquiĂ©tude : la crise de la distribution. MĂȘme si le magazine nâest pas distribuĂ© par Presstalis, Yann Cherruault craint que lâĂtat ponctionne une partie de son chiffre dâaffaires. Mais, pour le moment, pas question dâarrĂȘter. Depuis sa premiĂšre interview de rap (le groupe amĂ©ricain House of Pain) au dĂ©but des annĂ©es quatre-vingt-dix, jusquâau prochain numĂ©ro Ă sortir (en septembre), Yann Cherruault ne cesse dâavancer, souvent Ă contre-courant, mais toujours poussĂ© par la passion du hip-hop et de la presse. «âIl a Ă©crit des pages du rap dâhier sur lesquelles il ne reviendra pas, rĂ©sume ThĂ©o Cravan. Il prĂ©fĂšre continuer de sillonner le paysage actuel en ayant dĂ©jĂ un Ćil sur ce qui se fera demain.â»

Théo Lebouvier
@lebouvier_theo
21 ans
Etudiant en AnnĂ©e spĂ©ciale Ă lâEPJT.
Passé par la radio RAJE et les magazines Respect et Néon.
Aime Ă©crire sur le hip hop, lâe-sport et des sujets de sociĂ©tĂ©.
Aspire Ă traiter ces thĂ©matiques depuis la CorĂ©e du Sud oĂč il effectue son annĂ©e
de licence en journalisme Ă partir de septembre